Angkor Wat

Angkor Wat adalah sebuah kuil Hindu yang berada di kota Siem Reap, kota kecil di bagian utara Kamboja. Kuil ini bangun pada abad ke 11 pada masa pemerintahan Raja Suryavarman II.

Nama Suryavarman sendiri berarti “Dilindungi Oleh Matahari” dan pada kenyataannya Kuil Angkor ini mempunyai kesesuaian arah yang unik dengan Matahari. Raja Suryavarman merupakan keturunan bangsa Khmer. Dalam kepercayaan bangsa Khmer, Astronomi dianggap sebagai “Sacred Science” atau Ilmu Suci. Bagi seorang agamawan Khmer yang akan membangun sebuah Kuil, ada 3 hal yang harus dia kuasai, yaitu : ilmu Agama, ilmu Astronomi dan perhitungan Kalender.

Angkor Wat berasal dari kata Angkor (bahasa Sansekerta) yang berarti “Negara” dan Wat (bahasa Khmer) yang berarti “Kuil”.

Jadi, secara literatur Angkor Wat berarti “Negara Kuil”. Di dalam kota Siem Reap terdapat sebuah komplek kuil, Angkor Wat sendiri berada di pusat komplek kuil tersebut.

Secara fisik, Angkor Wat merupakan kawasan ibadah dengan bentuk persegi dengan panjang 1500 meter dan lebar 1300 meter. Pada bagian luar terdapat sebuah kanal yang mengelilingi kuil, para pungunjung yang ingin beribadah harus masuk melewati pintu gerbang barat yang terhubung dengan jembatan.

Seorang astronom Amerika, bernama Robert Stancel, meneliti dan mengamati ukuran dan dimensi kuil yang mempunyai kaitan dengan astronomi. Hasilnya, Angkor Wat mempunyai alignment dengan matahari dan bulan. Kalender Kamboja sendiri merupakan luni-solar Calendar, yaitu kalender yang dihitung berdasarkan fase bulan dan posisi matahari. Tentunya, pengamatan terhadap kedua obyek langit ini harus dilakukan agar kalender dapat disusun. Rupanya kuil Angkor Wat ini mempunyai fungsi lain yaitu sebagai tempat pengamatan matahari dan bulan. Peristiwa yang menarik terjadi ketika matahari berada pada titik vernal equinox (tepat melintas garis khatulistiwa, matahari menuju ke langit utara) jika diamati dari library depan gerbang masuk sebelah barat maka matahari akan terbit tepat diatas tower kuil yang berada di tengah. Peristiwa inilah yang digunakan sebagai tanda oleh Bangsa Khmer untuk menghitung posisi matahari. Untuk pengamatan bulan, ditemukan juga beberapa posisi di lokasi kuil yang digunakan sebagai patokan pengamatan bulan. Sebuah hal yang mengagumkan bukan? Angkor Wat di bangun tidak hanya sebagai sebuah kuil semata melainkan mempunyai fungsi lain sebagai stasiun pengamatan langit. Dalam bahasa modern kita menyebutnya Observatorium astronomi.

Menurut legenda Kamboja, arsitek Angkor Wat adalah Gunadharma. Sedangkan dalam legenda budaya Indonesia disebutkan bahwa Gunadharma merupakan arsitek Candi Borubudur. Kalau memang benar Gunadharma yang dimaksud adalah pribadi yang sama, berarti ada kesamaan antara Angkor Wat dan Candi Borobudur. Apakah mungkin Candi Borobudur mempunyai fungsi lain sebagai stasiun pengamatan astronomi di jamannya seperti Angkor Wat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar