"Handphone" Pertama dengan Layar Gulung

INOVASI di bidang teknologi informasi memang tak kenal henti. Bosan dengan bentuk handphone yang rigid dan layar paten, kini muncul inovasi baru yang menjadikan layar handphone bisa digulung. Adalah perusahaan Belanda, Polymer Vision, yang melakukan inovasi tersebut melalui produk handphone bernama Readius. Handphone dengan layar selebar lima inci atau 13 cm ini bisa digulung ke dalam badan handphone jika tidak sedang digunakan.

Ukuran dalam keadaan tertutup tak jauh berbeda dengan sebuah smartphone yang tetap nyaman digenggam dengan satu tangan. Namun, saat layar gulungnya ditarik, membuka halaman internet atau mengecek e-mail seleluasa di depan komputer atau notebook mini dengan layar berdiagonal 5 inci. Teknologi yang memungkinkan layar bisa disembunyikan ke dalam handphone tersebut dinamakan Rollable Screen.

Disebutkan, handphone ini menjadi yang pertama di dunia dengan teknologi layar gulung semacam itu. Selain keistimewaan pada layar, handphone berkemampuan 3G ini juga bisa difungsikan sebagai pembaca e-book atau buku digital. Layar Readius memakai material E-Ink yang diklaim membuat nyaman aktivitas membaca di handphone, mirip seperti membaca di kertas biasa. Sayang, layarnya baru dapat menampilkan warna hitam dan putih dan belum dapat menampilkan gambar bergerak. Namun, Polymer Vision saat ini tengah mengembangkan layar warna delapan inci yang dapat menampilkan video.

Readius akan bekerja di jaringan 3G yang mendukung transfer data nirkabel kecepatan tinggi dan sudah mendukung standar POP3 dan IMAP untuk menarik e-mail dari server e-mail di internet. Tidak hanya berfungsi sebagai handphone, Readius dilengkapi mesin pemutar lagu MP3 dan file audio. Memori yang disediakan sudah delapan gigabit.

Untuk navigasi, saat ini baru tersedia delapan tombol langsung yang disebut SimpleTouch. Akan tetapi, model-model berikutnya dijanjikan akan dilengkapi keyboard standar. Baterainya tahan hingga enam kali lipat baterai handphone standar atau 30 jam waktu pakai. "Kami membawa pengalaman e-reading (membaca file elektronik) ke dalam handphone, Anda memperoleh layar lebar untuk membaca, baterai super tahan lama, koneksi tinggi, faktor bentuk dan berat sebuah handphone," ujar Karl McGoldrick, CEO Polymer Vision.

Ia berharap Readius akan berkompetisi ketat dengan iPhone dari Apple atau Kindle, perangkat pembaca e-books yang dikeluarkan Amazon. Harga jualnya masih dirahasiakan, namun produk ini diharapkan dapat dirilis pertengahan tahun 2008.

"Kotak Ajaib" Pendeteksi Longsor

AKHIR tahun lalu, di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah kita dikejutkan kembali oleh "tamu tak diundang" yang selalu datang tanpa mengetuk pintu, bernama longsor. Sebanyak 64 jiwa direnggut serta kerugian miliaran rupiah diderita masyarakat di bawah daerah lereng perbukitan Gunung Lawu.

Walau namanya bencana, bisakah datangnya diketahui lebih awal sehingga manusia bisa bersiap? Sebagai ikhtiar, menyambut "tamu" yang tidak disukai sekalipun, wajib dilakukan. Terutama, longsor yang sangat rentan terjadi di kawasan pegunungan. Lebih-lebih di musim hujan seperti sekarang. Secara tradisional, longsor sebenarnya sudah bisa dideteksi dengan penampakan lahan-lahan yang retak.

Namun, pada beberapa kasus, masyarakat sering tidak terlalu memedulikannya. Oleh karena itu, diperlukan sistem peringatan dini yang lebih mumpuni dan akurat. Setidaknya, gejala-gejala alamiah yang muncul berkaitan dengan bahaya bencana alam bisa dideteksi sedini mungkin dengan harapan kemungkinan evakuasi korban yang lebih baik.

Hal tersebut kemudian menjadi buah pemikiran Irfanur Ilham Febriansyah dan Fajar Wijanarko. Dua orang mahasiswa asal Universitas Teknologi Yogyakarta itu bersama dosen pembimbing mereka, M.S. Hendryawan A., S.T. (menamakan diri Storm) menjadi salah satu finalis Electrical Engineering Award 2007 untuk kategori "elektro teknik untuk peringatan dini dan penanggulangan bencana" yang berlangsung 13 November 2007 lalu di Kampus ITB. Biarpun tak menggondol medali juara, riset mereka yang berjudul Perancangan Sistem Peringatan Dini untuk Bencana Longsor dianggap sebagai yang terbaik oleh juri asal Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Dalam situsnya, Ristek.go.id, penelitian yang mereka buat dianggap tidak hanya menampilkan proses pendeteksian bencana longsor, namun juga memasukan fasilitas penyebaran peringatan dini bencana longsor.

Ingatkan warga dengan SMS.Secara umum penelitian terhadap gejala tanah longsor dapat dilakukan dengan memantau salah satu parameter uji yaitu pergeseran tanah. Untuk menghasilkan hasil deteksi yang akurat terhadap pergeseran(displacement) dari sebuah posisi tanah bersifat variabel terhadap satu posisi yang bersifat tetap (fixed), mereka menggunakan perangkat sensor draw wire sensor dalam satu kotak yang ditanam di bawah tanah potensial longsor. Selain murah, teknologi ini sangat efektif karena menggunakan mekanisme bentangan kawat baja fleksibel yang sangat tahan terhadap kondisi alam dengan resolusi pembacaan yang sangat tinggi (orde milimeter).

Dalam kotak tadi disertai perangkat real time clock (RTC) akan dijadikan sebagai acuan dari sebuah peristiwa terhadap waktu (detik, menit, jam, tanggal, bulan, dan tahun). Real time clock akan menyimpan data waktu yang senantiasa berjalan seiring terjadinya beragam peristiwa, sehingga setiap data yang diambil akan didasarkan pada waktu (time base sampling). Setelah melalui dua perangkat tadi, data akan diolah dalam microcontroller yang juga berfungsi sebagai perangkat cerdas pengendali utama semua sistem dalam kotak. Nah, yang mengagumkan, masih dalam kotak yang sama, microcontroller akan meneruskan data pada perangkat modem RF VHF (APRS) yang menerjemahkan data ke dalam bentuk short message service (SMS) ke beberapa nomor yang terkait dengan evakuasi dan mitigasi bencana di daerah tersebut seperti aparat kecamatan dan SAR.

"Blog" (juga) Hasil Karya Cipta

SUATU hari, Pitra Satvika, blogger yang kerap menulis seputar animasi, komik, website, dan multimedia, di alamat http://media-ide.bajingloncat.com/ , menemukan tulisannya di blog orang lain. Tulisannya dikopi dan diakui sebagai tulisan orang tersebut. Ternyata, kejadian penjiplakan itu bukan pertama kalinya dalam sejarah ngeblog-nya. Tak kurang ada sekitar 3 blog yang mengambil tulisannya tanpa pengutipan atau permisi lebih dahulu.

Di blog-nya, kemudian Pitra menambahkan halaman khusus tentang lisensi, yang menyebutkan bahwa artikel-artikelnya, kecuali memang sumbernya disebutkan, adalah sepenuhnya hak cipta blog-nya. "Blog juga hasil karya cipta," kata Pitra pada Kampus.

Omong-omong penjiplakan, mungkin memang sulit dihindari di era serbacepat ini. Semua orang ingin cepat selesai, cepat berhasil, dan seterusnya. Tugas-tugas kuliah bisa saja berasal dari jiplakan tulisan-tulisan yang dipublikasi di internet. Teknologi copy-paste memudahkan hal tersebut.

Namun, ternyata tidak semua blogger keberatan karya tulisannya digunakan oleh orang lain. John F. Papilaya, blogger yang banyak menulis tentang arsitektur (www.smartlandscape.blogspot.com), misalnya, karena sejak awal ingin membagi pengetahuan pada masyarakat, jadi wajar baginya jika artikelnya dijiplak/di-copy paste oleh pembaca. "Malah saya bersyukur ternyata artikel dan informasi dalam artikel saya dapat membantu menambah wawasan orang yang membacanya," kata John.

Beberapa juniornya dari perguruan tinggi tempat ia kuliah dulu, pada saat bertemu dengannya sering berkata bahwa mereka menyimpan beberapa artikelnya sebagai literatur pengetahuan. "Itu suatu kehormatan dapat membantu pendidikan mereka," katanya.

Soal hak cipta tulisan yang ada di blog sendiri, John tidak terlalu mempermasalahkan. Apalagi jika ia mengaitkan dengan era sekarang ini, yakni era open source di mana-mana, maka ruang pengetahuan dan informasi menjadi lebih terbuka dan tersebar. "Tapi alangkah lebih baik jika yang mengambil atau mengopi tulisan, menyertakan sumber berita itu didapat," kata John.

Begitu juga Endah Sulwesi, blogger yang kerap menulis tentang review buku dan sastra di alamat www.perca.blogdrive.com, menuturkan bahwa selama ini ia kerap diminta beberapa majalah kampus yang ingin mengutip isi blog-nya, ada yang mencomotnya untuk tugas kuliah, ada juga buletin sastra atau koran daerah yang kadang meminta memuat review-nya. "Saya sih senang aja kalau karya saya bisa bermanfaat untuk orang lain," kata Endah.

Sebagian blogger memang sadar bahwa hal-hal semacam penjiplakan adalah konsekuensi ketika seseorang memutuskan untuk terbuka dan saling berbagi satu sama lain di dunia internet. Namun, bagaimanapun, mereka tetap membedakan antara penjiplakan dan pengutipan. Pengutipan biasanya mencantumkan hasil karya orang lain dengan izin dari penciptanya atau mencantumkan sumbernya. Pengutipan pun biasanya hanya pelengkap dari hasil karya utama.

"Sebetulnya sih nggak apa-apa mau di-copy paste, asal dia ngasih rujukan link ke aslinya dan dia ikut menambahkan sesuatu di-posting yang dia buat itu. Maksudnya, nggak murni 100% copy paste tanpa memberikan argumen atau opini tambahan," kata Pitra. Senada dengan Endah, yang berkata, "Akan lebih santun dan etis kalau kita permisi dulu kalau ingin ’pinjam` milik orang lain," kata Endah.

Namun jika sudah telanjur ada blogger-blogger yang asal menjiplak, Pitra memilih memakluminya. Bagi dia, biasanya itu blogger pemula. "Ditegur aja, apalagi biasanya hal itu terjadi pada blogger pemula, paling diingetin. Kalau masih ndablek juga, ya saya sebar infonya ke teman-teman blogger lainnya, biar mereka ikutan ngasih comment teguran di blog tersebut. Soalnya kalau belum apa-apa udah ’digebuk’, nanti malah dia kapok nulis blog lagi...," kata Pitra.