Enam Juta Pemilih Pemula Jabar, Jangan Golput

BANDUNG, (PRLM).- Sekitar enam juta suara pemilih pemula Jawa Barat berusia 17 hingga 22 tahun atau 19 persen dari total pemilih merupakan jumlah yang potensial. Angka ini angka yang "seksi" untuk kandidat calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat.
Jika dapat setengahnya saja atau sekitar tiga juta pemilih dinilai cukup menguntungkan.
Demikian dikemukakan perwakilan Komisi Pemilihan Umum Daerah Jabar Henry Baskoro dalam Seminar "Sosialisasi Pemilukada Jabar 2013; Katakan Tidak untuk Golput Para Pemilih Pemula" di Aula SMA Darul Hikam, Jln. Tubagus Ismail, Kota Bandung, Rabu (23/1/13).
“Keterlibatan aktif pemilih pemula itu lebih konsisten dibandingkan pemilih kategori orang tua,” kata Henry.
Oleh karena itu, sangat penting bagi pemilih pemula untuk menggunakan hak pilihnya. Ketua PW Syarikat Islam Jawa Barat Nandang Koswara mengatakan pendidikan politik bagi pemula yang cermat dan bersih menjadi tugas para pendidik memberikan sebuah pembelajaran tidak hanya lewat pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
"Saya melihat para pemilih pemula menjadikan Pilgub Jabar sebagai media pembelajaran untuk tumbuh kembang softskill yang bagus. Jadikan pembelajaran ini jalan terbaik. Jangan sekali-kali golput , golput itu tidak menentukan sikap dan itu tidak baik," kata Nandang (A-208/A-88)***

sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/220125

Kelemahan Ketika Memiliki Apotik Hidup



Banyak masyarakat yang mudah bangga akan sesuatu yang pernah mereka lakukan seperti diantaranya sifat pamer ato pembanggan diri sendiri, Hal ini justru dapat menjadi berbahaya jika dalam hal kesehatan. Terkadang ketika kita menemukan seseorang yang sudah terbiasa memakai obat tradisional yang bisa ia ambil di pekarangan rumahnya. Ia justru mengabaikan penyakit-penyakit berat yang diantaranya penyakit TBC, flu burung, dll. Seseorang yang memiliki penyakit TBC ia senantiasa terlihat seperti penyakit batuk-batuk biasa dan karena keluarganya sering menggunakan obat-obatan tradisional ia mengobati penyakitnya dengan obat pereda batuk yang biasa ia minum ketika sakit. Namun, hal yang akan terjadi ialah penyakit TBC nya akan bertambah parah. Karna hal tersebut kita harus memperhatikan, setiap penyakit yang dihadapi seperti:
1)    Jangan semena-mena memandang penyakit, baik itu penyakit ringan atatupun penyakit berat.
2)    Apabila penyakit terus berlanjut segeralah hubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat.
3)    Hindarilah pemakaian obat (tradisional) secara berlebihan, karna walaupun obat tradisional tidak memiliki effect yang berat, namun jika dipakai terlalu sering, maka hasilnya tidak akan bagus juga.
maka kita harus hati-hati dalam menghadapi suatu penyakit. Karna, apabila salah langkah kematian senantiasa akan mengelilingi hidup anda.

Sejarah Apotek Hidup



Apotek hidup telah ada ratusan tahun yang lalu, dimana pengolahan obat masi serba tradisional, Pada masa tersebut pengobatan tradisional di gunakan oleh para tabib yang memiliki  pengetahuan tentang jenis tanaman dan effect dari tanaman tersebut. Oleh karena itu, penggunaan apotek hidup sangatlah berperan untuk mempermudah para tabib agar ketika mereka membutuhkan suatu tanaman, mereka tidak perlu repot untuk mencarinya kembali. Oleh karena itu Apotek hidup ini dapat dikatakan memiliki peran penting dalam kehidupan masa lampau.

Sejarah Bahan Peledak



Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina jaman dinasti Sung, terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam, yang dikenal dengan nama black powder. Roger Bacon (1242) telah menulis formula dari black powder. Berthold Schwarz (1300) juga menulis tentang black powder sebagai senjata api.
Tiga abad kemudian Kasper Weindl (1627), untuk pertama kalinya black powder digunakan pada operasi penambangan di Hungaria. Amerika ( 1675) membangun pabriknya di Massachusetts. Selanjutnya Inggris (1689) menggunakan bahan ini untuk penambangan timah. Begitu juga dengan Switzeland (1696) menggunakannya untuk konstruksi jalan. Sedangkan di Amerika (1705) digunakan untuk penambangan tembaga. Perang dunia I (1917) menghabiskan sebanyak kurang lebih 115.000 ton black powder, akhirnya pada tahun 1940 pemakaian black powder berkurang dan banyak pabrik tutup, selanjutnya bahan ini jarang digunakan dalam dunia pertambangan dan diganti bahan peledak lain yang lebih aman dan ekonomis, sementara untuk keperluan militer masih dipakai sebagai mesiu (proyektil peluru).
Bahan peledak “black powder” terindikasi oleh pihak penyidik kepolisian sebagai bahan peledak lemah (low explosive). Apapun jenis dan bentuk bahan peledaknya yang jelas sifat utama bahan peledak adalah tetap berbahaya bagi keselamatan orang-orang yang berada di sekitarnya dan efeknya dapat merusak dan membunuh, apabila ditangani oleh orang-orang yang mempunyai niat untuk suatu kejahatan.

Ibuku Sayang

DI suatu sore. "Adi!" terdengar suara ibuku memanggil.
"Ya, Bu." Aku pun menyautnya.
"Bisa tolong bantu Ibu merapikan meja makan? Sebentar lagi waktunya makan malam," pinta ibuku dari dalam dapur. Aku merasa kesal karena aku sedang asyik-asyiknya menonton film kartun kesayanganku. Akhirnya aku pun berlari ke meja makan dengan perasaan malas. Aku merapikan meja makan dengan cepat tetapi asal-asalan karena aku tidak ingin ketinggalan film kartun kesayanganku. Setelah itu aku berlari secepat mungkin ke ruang keluarga untuk menonton film kesayanganku itu. Tetapi ketika aku menyalakan TV, film kartun itu sudah habis padahal besok hari Sabtu. Film itu hanya ada pada hari Senin sampai Jumat. "Ibuuuu....!" teriakku.
Dengan perasaan kaget, ibu berlari ke tempatku berada. "Ada apa, Adi?" tanya ibuku dengan perasaan khawatir.
"Gara-gara Ibu aku ketinggalan film kesayanganku!" kataku dengan sangat marah.
"Adi, Ibu minta maaf, tapi apakah kau tidak takut matamu harus menggunakan kacamata?" tanya ibuku dengan hati sabar.
"Nggak, aku nggak takut!" aku pun melawan omongan ibuku.
"Ya sudah, tapi jika matamu benar harus pakai kacamata, Ibu tidak akan membelikan kacamata!" kata ibuku.
"Peduli amat!" lagi-lagi aku melawan ibuku.
"Baiklah lihat nanti ya, Ibu tidak main-main!" Ibu pun akhirnya marah. Ibuku kembali ke dapur. Aku berjalan masuk ke kamar dan membanting pintu kamarku.
"Aduh!" kata ayahku dengan kaget. Ketika itu ayahku baru pulang dari kantor. Ayah tidak bertanya apa-apa karena pikirnya itu hanya Adi yang mungkin sedang ada masalah di sekolah. Karena memang sebenarnya aku sering mendapat masalah dengan teman-temanku. Esok paginya aku akan berangkat ke sekolah. Karena aku masih marah pada ibuku, maka aku pun tak berkata apa pun pada ibuku dan keluar rumah dengan membanting pintu rumah lalu aku masuk ke mobil.
Di sana ayahku sudah menungguku. "Ayo, cepat Adi, nanti Ayah telat ke kantor!" kata ayahku.
"Ya, Ayah," kataku. Sampai di sekolah aku memasuki ruang kelasku. Pelajaran pun dimulai. Pelajaran pertama adalah ulangan matematika. Tiba-tiba sesuatu terjadi padaku. Mataku terasa sangat buram. Aku teringat kata-kata ibuku kemarin. Aku sangat tegang. Dengan hati tegang, pelan-pelan aku melihat soal dengan sangat hati-hati. Sekolah pun selesai. Aku pulang ke rumah. Tiba-tiba ibuku menghampiriku dengan hati sangat marah. "Ada apa denganmu, Adi?" kata ibuku.
"Ada apa bagaimana, Bu?" tanyaku dengan bingung.
"Tadi guru pelajaran matematikamu menelefon Ibu. Ulanganmu dapat nilai 0!" kata ibuku.
"Hah?" aku kaget mendengarnya.
"Semua soal yang kau tulis salah! Padahal selama ini kau selalu mendapat nilai bagus," kata Ibu dengan perasaan sedih.
"Bu, Adi minta maaf. Sebenarnya mata Adi terasa buram saat mengerjakan ulangan. Adi tahu harusnya kemarin Adi mendengarkan perkataan Ibu. Sekarang Adi menyesal, Ibu selalu menasihati Adi tapi itu sebenarnya Ibu sayang sama Adi. Dan pada waktu Adi sakit demam berdarah, Ibu menunggui Adi di rumah sakit yang begitu membosankan, sampai-sampai pada malam hari Ibu tidak tidur karena menjaga Adi. Bu, Adi benar-benar menyesal. Adi minta maaf, Bu. Kalau Ibu tidak mau memaafkan Adi, tidak apa-apa, memang dosa Sarah terhadap Ibu terlalu banyak," kataku dengan mengeluarkan air mata. Aku takut bila Ibu tidak mau memaafkanku.
Tiba-tiba Ibu memelukku. "Sarah, Ibu juga minta maaf jika Ibu sering memarahimu. Nanti sore kita ke optik dengan Ayah, ya. Kita beli kacamata. Ibu memaafkanmu asal kamu mau mendengar kata-kata Ibu lagi, ya. Ibu sayang kamu, Sarah," kata Ibu.
"Ibu, Sarah juga sayang Ibu." Sore itu pun aku pergi ke optik memilih kacamata sekaligus memeriska mata bersama ayah dan ibuku tersayang.

Demam Cakar Kucing

Demam atau penyakit cakar kucing adalah semacam infeksi flu ringan. Penyakit ini pertama kali diuraikan pada tahun 50an sebagai infeksi pada bagian tubuh yang dicakar kucing (khususnya anak kucing) yang disebabkan oleh bakteri Bartonella Henselae. Nama ini diberikan untuk menghargai Dr. Diane Hensel, seorang ahli mikrobiologi yang melakukan sebagian riset di bidang ini.
Seseorang yang tercakar oleh kucing yang terinfeksi Bartonella Henselae, akan terinfeksi pula pada dinding pembuluh darahnya. Susahnya, si kucing yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala sakit apapun.