Angkor Wat

Angkor Wat adalah sebuah kuil Hindu yang berada di kota Siem Reap, kota kecil di bagian utara Kamboja. Kuil ini bangun pada abad ke 11 pada masa pemerintahan Raja Suryavarman II.

Nama Suryavarman sendiri berarti “Dilindungi Oleh Matahari” dan pada kenyataannya Kuil Angkor ini mempunyai kesesuaian arah yang unik dengan Matahari. Raja Suryavarman merupakan keturunan bangsa Khmer. Dalam kepercayaan bangsa Khmer, Astronomi dianggap sebagai “Sacred Science” atau Ilmu Suci. Bagi seorang agamawan Khmer yang akan membangun sebuah Kuil, ada 3 hal yang harus dia kuasai, yaitu : ilmu Agama, ilmu Astronomi dan perhitungan Kalender.

Angkor Wat berasal dari kata Angkor (bahasa Sansekerta) yang berarti “Negara” dan Wat (bahasa Khmer) yang berarti “Kuil”.

Jadi, secara literatur Angkor Wat berarti “Negara Kuil”. Di dalam kota Siem Reap terdapat sebuah komplek kuil, Angkor Wat sendiri berada di pusat komplek kuil tersebut.

Secara fisik, Angkor Wat merupakan kawasan ibadah dengan bentuk persegi dengan panjang 1500 meter dan lebar 1300 meter. Pada bagian luar terdapat sebuah kanal yang mengelilingi kuil, para pungunjung yang ingin beribadah harus masuk melewati pintu gerbang barat yang terhubung dengan jembatan.

Seorang astronom Amerika, bernama Robert Stancel, meneliti dan mengamati ukuran dan dimensi kuil yang mempunyai kaitan dengan astronomi. Hasilnya, Angkor Wat mempunyai alignment dengan matahari dan bulan. Kalender Kamboja sendiri merupakan luni-solar Calendar, yaitu kalender yang dihitung berdasarkan fase bulan dan posisi matahari. Tentunya, pengamatan terhadap kedua obyek langit ini harus dilakukan agar kalender dapat disusun. Rupanya kuil Angkor Wat ini mempunyai fungsi lain yaitu sebagai tempat pengamatan matahari dan bulan. Peristiwa yang menarik terjadi ketika matahari berada pada titik vernal equinox (tepat melintas garis khatulistiwa, matahari menuju ke langit utara) jika diamati dari library depan gerbang masuk sebelah barat maka matahari akan terbit tepat diatas tower kuil yang berada di tengah. Peristiwa inilah yang digunakan sebagai tanda oleh Bangsa Khmer untuk menghitung posisi matahari. Untuk pengamatan bulan, ditemukan juga beberapa posisi di lokasi kuil yang digunakan sebagai patokan pengamatan bulan. Sebuah hal yang mengagumkan bukan? Angkor Wat di bangun tidak hanya sebagai sebuah kuil semata melainkan mempunyai fungsi lain sebagai stasiun pengamatan langit. Dalam bahasa modern kita menyebutnya Observatorium astronomi.

Menurut legenda Kamboja, arsitek Angkor Wat adalah Gunadharma. Sedangkan dalam legenda budaya Indonesia disebutkan bahwa Gunadharma merupakan arsitek Candi Borubudur. Kalau memang benar Gunadharma yang dimaksud adalah pribadi yang sama, berarti ada kesamaan antara Angkor Wat dan Candi Borobudur. Apakah mungkin Candi Borobudur mempunyai fungsi lain sebagai stasiun pengamatan astronomi di jamannya seperti Angkor Wat?

Arkeoastronomi, Keagungan Peradaban Manusia

Dunia astronomi modern disibukkan dengan penelitian extrasolar planet, dimana manusia ingin mencari “tempat tinggal” yang baru dan peluncuran teleskop luar angkasa yang akan mencari “batas” terluar alam semesta. Semua itu hebat, semua itu canggih, rumit dan mengagumkan. Tetapi, 2000 tahun yang lalu ada pekerjaan lain yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita yang tak kalah rumit dari sebuah teleskop Hubble.

Arkeoastronomi adalah sebuah ilmu yang mempelajari astronomi di masa lampau. Secara garis besar, bidang arkeoastronomi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu astroarkeologi, sejarah astronomi dan etnoastronomi. Astroarkeologi mempelajari astronomi dalam hubungannya dengan arsitektur bangunan kuno. Sejarah astronomi mempelajari perjalanan sejarah ilmu astronomi melalui sumber tertulis. Etnoastronomi mempelajari kaitan antara astronomi dan budaya masyarakat di masa lampau. Bila diringkas, arkeoastronomi merupakan bidang ilmu irisan antara astronomi, arkeologi dan antropologi.

stonehenge

Salah satu karya astroarkeologi di dunia adalah Stonehenge. Monumen batu terbesar di dunia ini diperkirakan mulai disusun pada tahun 3000 sebelum masehi. Stonehenge terletak 150 km di sebelah barat kota London dan dikelilingi oleh dataran hijau Salisbury. Dengan berat masing – masing batu sekitar 50 ton dan tinggi sekitar 3 meter, batu – batuan ini disusun membentuk lingkaran berlapis.

Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Hawkins seorang astronom Inggris pada tahun 1963 menyebutkan bahwa posisi batu – batu stonehenge mempunyai korelasi dengan benda – benda langit pada posisi istimewanya. Hal ini berarti bahwa hanya dengan mengamati posisi benda langit dalam stonehenge pada saat tertentu, kita dapat menentukan posisi benda langit tersebut pada saat yang lain. Selain itu, stonehenge dan dua buah lingkaran kecil diluarnya berfungsi sebagai sebuah alat penghitung gerhana. Dengan menandai posisi bulan, matahari dan titik node, lalu menghitungnya sesuai jumlah lubang lingkaran yang ada, maka dapat ditentukan kapan terjadi gerhana. Seperti mekanisme sebuah software astronomi bukan? Perlu diingat bahwa stonehenge dibangun sekitar 3000 tahun sebelum masehi yaitu 4900 tahun sebelum komputer pertama kali dibuat. Sungguh sebuah mahakarya yang agung dari peradaban manusia. Dengan keterbatasan teknologi yang ada pada masa itu, berbekal otak dan pengamatan terhadap benda langit, para leluhur pendiri stonehenge mewujudkan langit berbentuk 3 dimensi kedalam mekanisme susunan batu.

Karya – karya arkeoastronomi yang lain adalah Piramid Giza di Mesir, kuil Angkor Wat di Kamboja, Star Tower di Korea, Candi Bubaniswar di India, Monumen Tanjung Kumukahi di Hawai, dan masih banyak di tempat yang lain. Bangunan – bangunan ini dibangun pada masa lampau dan di masa kini menunjukkan kepada kita tentang keagungan peradaban manusia di jaman itu.

Kuil Angkor Wat di Kamboja. Posisi puncak kuil menandakan posisi matahari pada saat equinox dan solstice. Kredit: David H. Kelley

Bagaimana dengan Indonesia dengan beribu ragam budayanya? Adakah bangunan astroarkeologi yang kita miliki? Para astronom dan arkeolog kita harus bekerja keras mencari jawaban dari pertanyaan ini.

Misteri Candi Borobudur (teaser)

Ada dugaan bahwa ketika borobudur dibangun, masih terlihat polaris dari daerah itu. Polaris kini dikenal sebagai bintang utara karena bintang ini adalah bintang paling terang pada rasi ursa minor dan paling dekat dengan kutub utara.

Borobudur pernah dilupakan karena dahulu kala ketika pertama kali ditemukan oleh Belanda, candi ini tertutup oleh semak belukar. Area tersebut memang sempat ditinggalkan oleh warga setempat diduga karena bencana alam.

Cat Khusus Pemblokir Sinyal Wi-Fi

KONEKSI nirkabel Wi-Fi alias wireless fidelity memang menyenangkan, mengingat kita bisa tersambung dengan ranah maya di mana pun kita berada selama masih dalam jangkauan sinyal. Akan tetapi, di satu sisi, tetangga Anda pun mungkin saja dapat ikut mencicipi akses internet tersebut secara cuma-cuma dan yang lebih parah, data Anda mungkin bisa dicuri. Hal inilah yang mendorong sebuah tim peneliti dari Universitas Tokyo (University of Tokyo) mengembangkan sebuah cat tembok yang nantinya dapat memblokir sinyal Wi-Fi keluar dari ruangan sehingga Anda tidak perlu khawatir bahwa koneksi internet maupun data Anda dicuri tetangga. Lalu, apa rahasia dari cat khusus ini hingga dapat memblokir sinyal Wi-Fi yang dapat saja "meluber" hingga ke tetangga? Rahasianya terdapat pada kandungan cat ini, antara lain adalah alluminium-iron oxide. Senyawa ini dipercaya oleh para peneliti mampu memblokir frekuensi radio 4 kali lebih baik dibandingkan dengan teknologi anti-RF yang ada saat ini. Penemuan ini ternyata masih memiliki kelemahan, di antaranya dapat melemahkan sinyal yang ada di dalam ruangan serta sinyal Wi-Fi dapat saja lolos melalui celah kecil yang tersembunyi di antara tembok serta cat.

Sapi yang Bernama Hasilkan Susu Lebih Banyak

Hasil studi yang dilakukan para ilmuwan asal Inggris, mengungkapkan, sapi yang diberi nama ternyata menghasilkan susu hingga 3,4 persen lebih banyak dalam setahun ketimbang sapi yang tidak diberi nama. Studi tersebut dibuktikan melalui penelitian yang melibatkan 516 peternak sapi perah. Hasilnya, sapi-sapi yang diberi nama oleh pemiliknya jauh memberikan susu yang lebih banyak. Catherine Douglas dari Newcastle University mengatakan, di peternakan setiap sapi yang dipanggil dengan namanya dapat memproduksi susu lebih tinggi dibanding peternakan yang sapinya diternak sebagai sebuah kelompok. "Sama seperti manusia yang merespons lebih baik terhadap pendekatan secara personal, sapi juga merasa lebih gembira dan santai jika diberi perhatian lebih secara dekat," tuturnya.Douglas menambahkan, timnya menemukan 46 persen peternak menyatakan sapi di peternakan mereka dipanggil dengan nama masing-masing. Sekitar 66 persen peternak menyatakan mengenal seluruh sapi yang mereka pelihara. Peternak juga menyatakan kontak manusia yang baik akan menghasilkan sapi dengan perahan yang baik mencapai 48 persen, sedangkan 10 persen lainnya mengatakan sapi yang takut terhadap manusia akan menghasilkan perahan susu yang buruk.

"Handphone" Jadi Medium Bakteri Mematikan

Para peneliti di Skotlandia menemukan bahwa bakteri mematikan dapat bersarang di handphone milik kita. Koloni bakteri dikenali berkembang di handphone para dokter di rumah sakit. Mayoritas bakteri yang ada diketahui tidak berbahaya. Namun, ada pula yang bisa berefek fatal, di antaranya Clostridium difficile (C. diff) dan MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus). Pada tahun 2007, terdapat 6.430 kasus infeksi Clostridium difficile di rumah sakit Skotlandia. Adapun kasus kematian yang berhubungan dengan MRSA mencapai ratusan dalam periode yang sama. Bakteri mematikan itu tanpa disadari bisa terbawa via handphone pasien atau para staf rumah sakit. Hasil penelitian tersebut diumumkan oleh peneliti kesehatan dari Western General Hospital di Skotlandia, Richard Brady. Brady memaparkan, studi ini dilakukan terkait kian melonjaknya pemakaian handphone oleh para staf rumah sakit. Namun masalahnya, belum ada panduan memadai tentang cara membersihkannya sehingga bebas dari bakteri. Handphone pun dinilai bisa jadi sarana transmisi infeksi berbahaya karena sering bersentuhan dengan tangan dan mulut pengguna. Terlebih bakteri yang ada dapat terus bertahan hidup jika handphone tidak dibersihkan dengan saksama. Penelitian dilakukan dalam bagian Scottish Infection Research Network dan dikerjakan bersama beberapa ilmuwan perguruan tinggi, misalnya dari Manchester Metropolitan University.

Oleander, Bunga Mentega yang Beracun

BERITA di media massa mengenai tanaman hias di Kota Bandung mengandung racun yang berbahaya rupanya berdampak besar. Sebagian warga Bandung dibuat terhenyak, mereka seolah baru menyadari selama ini hidup di tengah lingkungan yang dipenuhi oleh tanaman beracun. Tak jarang juga warga dilanda rasa takut dan panik. Kepanikan itu kemudian mendorong tindakan "tak berperiketanaman", membabat habis beberapa jenis tanaman yang sudah puluhan tahun nyaman sebagai penghias kota atau rumah. Oleander pun menjadi korban paling mengenaskan dari aksi eliminasi tersebut.

Sejak puluhan tahun oleander (Nerium oleander) dibudidayakan sebagai tanaman hias, baik di pekarangan rumah maupun taman-taman kota atau di pinggiran jalan. Tanaman yang berasal dari Maroko dan Portugal itu sebenarnya tak terlalu sedap dipandang. Namun, bentuknya yang unik berupa semak-semak yang bersifat evergreen shrub menjadikan tanaman ini banyak diminati. Tak heran, di sudut-sudut rumah, pekarangan, taman kota, dan median jalan, tanaman dengan bunga berwarna merah muda ini tampil percaya diri.

Banyak nama diberikan kepada bunga yang satu ini seperti zakum (Turki), zaqqum (Arab), arali (Tamil), jia zhu tao (Cina), atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama bunga mentega. Sebutan ini tampaknya berasal dari kata "Olea" yang dalam bahasa Latin bermakna oil atau berminyak. Mungkin agak kurang enak didengar jika namanya menjadi "bunga minyak", makanya disebut dengan bunga mentega. Tanaman ini dikenal akan kemampuannya memproduksi minyak yang bisa memenuhi lahan sekitar tempatnya tumbuh. Orang Sunda sendiri menyebutnya kere atau jure.

Paling beracun

Tanpa kita sadari, pada umumnya tanaman hias memang beracun. Namun, berbeda dengan jenis tanaman lain yang mengandung racun hanya pada beberapa bagian tubuhnya, seperti bunga atau getah, oleander mengandung racun pada tiap bagian tubuhnya. Oleander adalah salah satu tanaman yang paling beracun di dunia dan mengandung sejumlah komponen racun yang banyak di antaranya yang bisa menimbulkan kematian, khususnya pada anak-anak. Derajat keracunan bunga oleander diyakini secara ekstrem sangat tinggi. Namun, dari sejumlah kasus yang dilaporkan, hanya sedikit kasus keracunan oleander yang menimbulkan kematian.

Racun paling penting dalam bunga oleander adalah oleandrin dan nerrine yang berhubungan dengan glikosid jantung. Racun-racun tersebut terdapat pada semua bagian tanaman, namun umumnya terkonsentrasi pada bagian getah yang tampilannya berwarna putih seperti susu. Jika memapar kulit manusia, getah ini bisa menghalangi reseptor luar kulit manusia sehingga menyebabkan kulit jadi kebas atau mati rasa. Ada keyakinan bahwa oleander mengandung beberapa senyawa berbahaya yang belum diketahui atau belum diteliti. Kulit kayu oleander mengandung rosagenin yang diketahui memiliki efek mirip strychnine. Keseluruhan bagian tanaman yang mengandung racun tersebut menyebabkan reaksi merugikan, baik bagi manusia maupun hewan.

Oleander juga diketahui dapat menyimpan racunnya meski dikeringkan. Diyakini bahwa 10-20 helai daun yang dikonsumsi oleh orang dewasa dapat menyebabkan reaksi merugikan, dan satu helai daun cukup untuk dijadikan senjata mematikan jika dimakan oleh anak kecil atau bayi. Di Amerika Serikat, menurut Toxic Exposure Surveillance System (TESS), pada 2002 diketahui ada 847 orang yang keracunan akibat berhubungan dengan oleander.

Sementara itu, di belahan dunia lain, ada sejumlah laporan tak terhitung mengenai kasus-kasus bunuh diri dengan mengonsumsi biji bunga oleander di India Selatan. Dalam dunia binatang, kandungan racun sekitar 0,5 miligram per kilogram berat badan hewan sudah cukup mematikan bagi banyak hewan, dan berbagai dosis lain akan memengaruhi hewan lain. Sebagian besar hewan dapat menderita reaksi atau kematian akibat tanaman ini.

Efek keracunan

Di Indonesia sendiri belum ada laporan yang menyebutkan kasus-kasus keracunan yang secara spesifik berkaitan dengan tanaman oleander. Jika pun ada kejadian orang keracunan oleander, sangat mungkin tidak terlaporkan karena berbagai alasan, mulai dari ketidaktahuan korban, belum adanya perhatian terhadap potensi ancaman racun dari oleander, hingga kemungkinan salah deteksi. Jadi, jangan berharap banyak kita bisa memiliki data menyangkut kasus-kasus keracunan oleander.

Berdasarkan studi di AS, kasus keracunan oleander umumnya terjadi ketika bagian dari tanaman tersebut masuk ke sistem pencernaan. Reaksi terhadap tanaman ini ada dua, yakni menyebabkan efek jantung dan gastrointestinal (berkaitan dengan sistem pencernaan antara lambung dan usus). Efek gastrointestinal berupa rasa mual dan ingin muntah, pengeluaran air liur berlebih, nyeri perut, dan diare yang disertai pendarahan. Meski demikian, di AS sendiri kasus keracunan oleander lebih banyak ditemukan pada hewan, terutama kuda, dengan gejala umum sakit perut.

Sementar reaksi yang berhubungan dengan jantung berupa denyut jantung tak beraturan, kadang ditandai oleh detak di bawah normal. Jantung juga berdegub tak keruan, tak beraturan, dan tanpa irama spesifik. Pada kasus yang ekstrem, bisa menyebabkan pasien pucat dan kedinginan karena sirkulasi darah yang tidak beraturan atau rendah. Reaksi terhadap keracunan dari tanaman ini dapat juga memengaruhi sistem saraf pusat. Gejalanya bisa berupa perasaan kantuk yang kuat, otot gemetar, limbung, bahkan pingsan yang berakibat pada kematian. Getah oleander bisa menyebabkan iritasi pada kulit, radang pada mata, dan reaksi alergi yang ditandai oleh dermatitis (radang infeksi kulit).

Perawatan medis

Proses keracunan dan reaksi terhadap tanaman oleander berlangsung sangat cepat, sehingga menuntut perawatan medis yang segera terhadap korban atau yang diketahui keracunan, baik pada hewan maupun manusia. Rangsangan untuk muntah dan yang berhubungan dengan lambung adalah tindakan pencegahan untuk mengurangi penyerapan kandungan racun dalam sistem pencernaan. Arang bisa digunakan untuk membantu menyerap sisa kandungan racun (Inchem, 2005). Dalam kasus-kasus tertentu, perlakuan medis lebih lanjut mungkin dibutuhkan, tergantung pada tingkat kegawatan nya.

Mengeringkan seluruh bagian tanaman oleander tak akan mampu menghilangkan racun pada tanaman ini. Tindakan itu justru berisiko terhadap hewan seperti domba, kuda, lembu, atau hewan gembalaan lain, karena hanya dengan 100 gram cukup untuk membunuh seekor kuda dewasa. Potongan bagian dari tanaman juga berbahaya bagi hewan, khususnya kuda, karena rasanya manis.

Namun racun oleander tak mempan terhadap beberapa jenis hewan invertebrata (tak bertulang belakang). Bahkan, hewan-hewan tersebut menjadikan tanaman oleander sebagai sumber pakan mereka. Sebut saja ulat bulu oranye oleander caterpillar dengan bulu-bulunya yang hitam dan tawon oleander (Syntomeida epilais). Keduanya termasuk kebal terhadap oleander dan bertahan hidup dengan cara memakan bagian bubuk kayu di sekitar jaringan vena daun oleander dan menghindari seratnya.

Sementara kupu-kupu gagak atau common crow butterfly (Euploea core) memodifikasi racun oleander untuk menjadikan tubuhnya tidak enak atau tidak menyenangkan bagi para pemangsa, khususnya kelompok burung.

Mengingat bentuk dan penampilan tanaman dan peruntukannya sebagai tanaman hias, rasanya sangat kecil peluangnya tanaman tersebut masuk ke sistem pencernaan melalui cara yang disengaja. Potensi terbesar memang ada pada hewan. Oleh karena itu, agak berlebihan dan kurang bijaksana jika untuk menghindari terjadinya keracunan pada menusia, tanaman tersebut "dibantai" habis.

Sudah saatnya pula kita membudayakan perilaku positif dengan membiasakan memberi identitas yang jelas kepada setiap tanaman yang kita tanam. Setidaknya, di taman-taman kota yang dipenuhi rimbunan oleander terpampang papan nama, "Oleander, Bunga Mentega Beracun".

"Fruit Leather" Si Lembar Tipis Bergizi

KALAU diartikan berarti kulit buah, tetapi sebenarnya bukan dari kulit buah. Makanan kecil yang berasa manis ini malah belum terdengar gaungnya di pasar Indonesia.

Usia anak-anak sampai dewasa, siapakah yang tidak suka mengonsumsi makanan-makanan yang disebut camilan? Aneka ragam bentuk dan rasa dari makanan olahan tidak susah dicari di toko-toko swalayan. Akan tetapi, pernahkah Kawan mendengar fruit leather?

Kalau diperhatikan sekilas pandang, jenis makanan ini seperti terbuat dari kulit buah-buahan yang dikeringkan. Lagipula arti harfiah leather jika diterjemahkan menjadi kulit. Padahal, sebenarnya makanan olahan ini bukan dari kulit buah.

Makanan seperti ini, menurut tulisan Marleen Herudiyanto, dosen dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Unpad, telah banyak diproduksi di Amerika, India dan negara-negara lainnya. Perkembangan penjualan fruit leather sedang meningkat di Amerika dan Eropa Barat, sedangkan di Indonesia fruit leather masih belum diproduksi secara komersial.

Karena masih jarang terdengar di Indonesia, pada saat dipamerkan, produk ini menarik perhatian konsumen Indonesia. Tahun lalu, kawan-kawan dari FTIP Unpad memenangi sebuah kontes makanan etnik tahun lalu. Kontes itu diselenggarakan oleh Dinas Indagro Provinsi Jawa Barat.

Teorinya, fruit leather merupakan salah satu produk manisan kering dari buah-buahan yang diawetkan dengan gula pada konsentrasi tertentu. Menurut Marleen, fruit leather mempunyai keuntungan tertentu yaitu daya tahan simpan yang cukup tinggi, mudah diproduksi dan nutrisi yang terkandung didalamnya tidak banyak berubah. Selain itu, biaya penanganan, pengangkutan, dan penyimpanan relatif rendah karena lebih ringan.

Merunut pada definisi yang diberikan, produk ini bukan berasal dari kulit buah. Namun, buah-buahan, umumnya buah-buahan tropis, yang dibuburkan, lalu diolah hingga membentuk lembaran tipis dengan tekstur yang plastis, rasanya manis tetapi masih memiliki cita rasa khas buah yang digunakan, yang dihamparkan di atas loyang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 50-600 C. Jenis buah-buahan yang telah diuji coba untuk jenis produk ini di antaranya stroberi, jambu biji, campuran mangga dan wortel, campuran labu kuning dan nenas.

Sekar Dianie S., salah satu mahasiswa yang ikut memamerkan fruit leather tahun lalu, telah berkali-kali melakukan percobaan campuran mangga kweni dan wortel. Tambahan wortel merupakan cara untuk mendapatkan warna menarik yang akan berpadu dengan aroma kweni yang menjadi produk olahan utamanya. "Sudah tidak perlu lagi ada zat pewarna lain," kata mahasiswa yang tengah menyusun laporan skripsinya ini.

Kalaupun ada tambahan zat lainnya, katanya, berupa gula sebagai pemanis dan gliserol yang membuat teksturnya lebih plastis. Menurut dia, gula, dalam konsentrasi tertentu, bisa menjadi unsur yang mengawetkan secara alami karena bisa mencegah mikroorganisme.

Pada pengolahan jenis buah yang lain, seperti stroberi, yang dilakukan oleh Febby Megasari, ditemukan manfaat vitamin yang tidak sedikit pada olahan stroberi. Setelah diolah, vitamin C pada buah itu meningkat menjadi 99.275 mg per 100 gram. Peningkatan itu terjadi pada saat pengeringan. Saat pengeritang terjadi, ada proses padatan dari gula, asam, serat, vitamin, dan mineral dari komposisi bahan yang digunakan.

Padahal, merunut data penelitian Febby yang mengutip data Departemen Kesehatan, kadar vitamin C pada stroberi segar adalah 60mg/100 gram. Kebutuhan harian vitamin C pada umumnya yaitu 45-75 mg per hari, yang berarti asupan ini dapat diperoleh dengan mengonsumsi 50 g fruit leather stroberi.

Selain itu, untuk produk olahan stroberi ini memberi keuntungan ekonomi yang lumayan. Dari sekitar Rp 125,00 per gram, dapat menghasilkan keuntungan 30%. Estimasi harga jualnya Rp 175,00 per gram. Harga ini lebih murah dari produk impor sejenis sekitar Rp 300,00 per gram.

"Karena prospeknya bagus, pengen juga ya… suatu hari bikin produk massalnya sendiri," kata Sekar.

"The Hidden Treasure"

DARI SD, mungkin kita udah sering mendengar kalau negeri ini punya ribuan pulau indah yang belum terjamah. Saking banyaknya, beberapa pulau kecil diklaim oleh negara lain bahkan dijual bebas di internet. Bikin geram enggak sih? Weits, daripada marah-marah, mendingan kita intip nih salah satu harta karun kepunyaan negeri ini. Yaiyy, please welcome Pulau Bintan!

Pulau Bintan ini terletak di Provinsi Riau dengan luas sekitar 1866 km2 dan beribu kota di Tanjung Pinang. Pulau Bintan ini adalah pulau terbesar di Riau dan terletak enggak jauh dari Singapura dan Pulau Batam. Pulau Bintan terkenal dengan pantai pasir putihnya yang indah sekaligus aman. Maksudnya aman adalah bulu babi dkk., jarang banget ditemukan di sini. Jadi, kamu bisa berjalan-jalan tanpa alas kaki dengan santai. Anyway, waktu jalan-jalan di pantainya, kita terpana dengan bersihnya air laut juga pantainya yang bebas sampah.

Buat sampai ke Pulau Bintan, kita bisa mencoba menaiki pesawat yang hanya terbang sekali menuju Bandara Kijang di Tanjung Pinang. Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat menuju Pulau Bintan selama dua jam. Hmm, dua jam yang sepi dan (hampir) bebas dari kendaraan bermotor. Jarak rumah yang satu dengan yang lainnya berjauhan, bahkan jalan pun banyak yang belum selesai diaspal. Kalau mau lebih ringkas, kita bisa mencoba jalur lain yaitu menaiki pesawat tujuan Pulau Batam lalu menaiki ferry di terminal Telaga Punggung menuju pulau Bintan. Tetapi, karena pasang laut, perjalanan lewat Batam ini sering tertunda dan yang jelas (dengan ombak membumbung tinggi) bikin jantung deg-degan. Hehehe…

Enggak seperti Bali yang ramai, Pulau Bintan ini terbilang sepi dan terpencil. Pantai hanya diisi oleh wisatawan dan staf hotel yang sibuk membersihkan rumput laut di sana-sini. Asyik banget! Tahukah kamu, Pulau Bintan ini lautnya mempunyai lebih dari seratus ribu spesies laut yang bisa kita tongkrongin dengan diving. Malah katanya, di sini, suka terlihat lumba-lumba yang sedang meloncat ke atas lautan. Yippie! Jalan-jalan bentar menggunakan perahu motor, kita bisa datang ke Pulau Penyengat yang merupakan tanah kelahiran Sultan Malaka. Di sini terdapat masjid berusia 170 tahun dan alquran yang ditulis tangan.

Wah, ngomongin Pulau Bintan emang enggak ada habisnya. Satu aja sih penyesalan saya, kenapa semua barang dan jasa di sini dihargai dengan dolar Singapura. saya enggak habis pikir! Huhu. Well, itu tadi sedikit bocoran mengenai Pulau Bintan, harta karun negeri ini. Siapa tahu suatu hari nanti kamu bisa berlibur di sana, and I’m 100% sure you will have an awesome vacation!

Clapperboard Penting untuk Pengambilan Gambar

TENTUNYA kamu pernah melihat pengambilan gambar sebuah film, baik yang sungguhan ataupun versi rekayasa dalam acara TV dan film. Pada tiap awal sebuah adegan, selalu ada seorang kru film yang menghadap kamera yang menyampaikan informasi mengenai adegan yang akan diambil menggunakan sebuah papan. Papan tersebut biasanya memiliki semacam jepitan yang terletak di bagian atasnya, seperti sebuah gunting, dan mengeluarkan suaran `clap` saat keduanya saling diketukkan.

Clapperboard, itulah benda yang belia maksud. Disebut demikian karena suara yang dihasilkannya seperti orang yang melakukan clap (tepuk tangan). Benda ini digunakan dalam tiap kali rekaman film, video, atau TV untuk kemudahan video editing dan juga penyelarasan suara dengan video. Penggunaannya biasanya diiringi dengan pernyataan dari kru film tentang detail adegan yang akan diambil, sembari mengayunkan clapperboard ke depan kamera.

Kenapa benda ini menjadi sangat penting dalam produksi sebuah film? Karena clapperboard digunakan sebagai rujukan tanda untuk editor film baik dari aspek gambar, ataupun suara. Dengan adanya suara "clap", sound editor akan menggunakannya untuk menyelaraskan audio yang diambil dengan video-nya. Mungkin kamu belum tahu, pada produksi film berbudget tinggi, track audio direkam terpisah dengan track video, sehingga perlu penyelarasan yang tepat saat proses editing untuk menghasilkan film yang baik.

Selain itu, clapper juga digunakan untuk menginformasikan beberapa data mengenai suatu adegan tertentu, dan informasi ini diperlukan untuk kepentingan editing. Mulai dari durasi, nomor/nama adegan, tanggal pengambilan gambar, dan nomor urut pengambilan gambar.

Sejatinya, clapper menggunakan bahan yang terbuat dari papan biasa, dicat hitam, dan memiliki karakteristik seperti layaknya sebuah papan tulis, agar bisa ditulis-hapus menggunakan kapur tulis. Namun, pada perkembangannya, sejumlah perusahaan manufacturing mulai memproduksi clapperboar digital, yang mampu mencatatkan beberapa informasi yang perlu disampaikan dalam format digital.

Nah, buat kamu-kamu yang pengen memulai karier sebagai moviemaker, clapperboard sebenernya adalah sebuah alat yang sangat penting, terutama untuk kepentingan editing. Namun, perannya dapat digantikan dengan secarik kertas, dan juga suara dari kru film yang kebagian tanggung jawab memegang clapper tersebut.

Kompas Bekerja Berdasarkan Prinsip Magnet

Mulanya yang disebut kompas hanyalah benda berbentuk besi magnet, yang ditaruh di lempeng kayu mengapung di air. Kompas sederhana ini bisa menunjuk arah utara dan selatan, karena Bumi memang merupakan batang magnet raksasa. Hal itu diketahui dari penemuan bahwa sepotong besi atau jarum besi yang disentuhkan pada batu magnet selama beberapa lama, ternyata cenderung menunjuk arah utara-selatan. Pelaut Cina dan Eropa pada abad dua belas, termasuk pengguna kompas tradisional ini. Arah barat dan timur memang tidak ditunjukkan oleh jarum besi. Namun, jika sudah tahu arah utara dan selatan, tentu arah lainnya mudah ditebak.
TAK terbayangkan deh, apa jadinya kalau di dunia ini tidak ada kompas. Tanpa benda yang satu ini, pelaut bisa pusing bagaimana menentukan arah kapalnya. Maunya berlayar ke Prancis, tetapi bisa-bisa nyasar ke Garut deh...

Sobat, ada tiga jenis kompas yaitu yang bekerja berdasarkan prinsip magnet (kompas magnetik), giroskopik, dan mengandalkan posisi bintang atau matahari. Kompas magnetik adalah jenis tertua yang paling dikenal.

Berabad-abad kemudian, para teknisi Inggris melakukan sejumlah perbaikan pada kompas magnet. Perbaikan ini terbilang lambat. Sampai abad ketiga belas, wujud kompas baru berupa jarum dan peniti yang disangga batang besi dalam mangkuk kecil. Mangkuk itu hanya bertandakan arah utara dan selatan. Baru di abad berikutnya, tanda ini berkembang menjadi tiga puluh titik-titik arah di sekeliling mangkuk. Satu kartu dengan titik-titik arah menempel tepat di bawah jarum, sehingga kita dapat melihat arah dari atas kartu.

Abad tujuh b elas, bentuk jarum berubah menjadi jajaran genjang, seperti yang kini kita kenal. Para penemu lebih memilih bentuk seperti ini, karena mudah disangga. Pada 1745, Goldwin Knight penemu asal Inggris, berusaha memperbaiki bentuk jarum menjadi batang yang lebih besar, sehingga dapat dipasang di atas poros. Kompas hasil pengembangannya dikenal sebagai kompas Knight dan lebih disukai orang dibanding bentuk terdahulu.

Meski begitu, kompas Knight belum berisi air seperti bentuk kompas modern, sehingga lebih dikenal dengan kompas kering. Jarum pada kompas kering mudah terganggu oleh guncangan dan getaran, sehingga mengakibatkan kacaunya penunjukan arah.

Pada 1862 ditemukan kompas cair pertama. Cairan pada kompas berfungsi sebagai penyeimbang tuas penyangga jarum. Ada cara khusus agar cairan dalam kompas tidak bocor. Bersamaan dengan munculnya kompas cair ini, maka tamatlah riwayat kompas kering di akhir abad sembilan belas.

Para pelaut modern menggunakan kompas yang biasanya ditaruh di ruangan khusus dan dilengkapi tabung silinder, dengan perlengkapan tambahan untuk memperjelas pembacaan kompas. Pada pesawat terbang, kompas dilengkapi alat koreksi, yang berguna untuk mencegah kesalahan pada magnet kompas, jika pesawat tiba-tiba berubah arah. Sebab, alat koreksi itu bernama gyroscope, maka penunjuk arah jenis ini pun disebut kompas gyromagnetic.

Gyroscope juga digunakan pada jenis kompas tanpa magnet, yang dikenal sebagai gyroscompas. Kompas jenis ini biasanya digunakan dalam pelayaran, karena bisa diatur untuk menunjuk arah utara sebenarnya dan bukan arah utara magnet.

Begitulah sobat, berkat jasa-jasa para penemu dan pengembang kompas, kita gak bakalan nyasar lagi deh...